Be A Smart Buyer (Based on True Story)

Ini kisah nyata, sebut saja Dina (karena Bunga sudah terlalu populer -_-), seorang mahasiswi disebuah perguruan tinggi ternama di Kota Malang mengalami nasib malang pada hari yang sama dengan jatuhnya pesawat Sukhoi Jet 100 di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat. Dina mengaku telah merugi jutaan rupiah akibat terbujuk kata–kata manis sorang pelaku usaha.

Berikut kronologis kejadian :
Rabu, 9 Mei 2012, Dina ditemani dua orang temannya, Dian dan Tiara mengunjungi sebuah  toko kamera dengan tujuan tiada lain dan tiada bukan tentu saja untuk membeli kamera yang telah di idamkannya sejak lama. Dina memutuskan untuk membeli kamera DSLR di toko itu karena harga lebih terjangkau menurutnya setelah survey ke berbagai tempat. Sembari menunggu kamera diambilkan, si penjual menawarkan kamera tipe lain sambil menunjukkan keunggulan feature yang dimiliki dan mengungkapkan kekurangan–kekurangan dari kamera DSLR yang menjadi pilihan Dina.

Terkesima dengan hasil bidikan kamera yang baru dikenalnya beberapa menit lalu, Dina pun jadi ragu untuk memilih kamera DSLR yang selama dua tahunan ini dikenalnya dengan baik lewat internet. Selama 1,5 jam, Dina merasa bimbang dan galau menentukan kamera mana yang akan dibeli. Akhirnya Dina memutuskan untuk membeli kamera SemiPro yang diiming–imingi oleh penjual.

Ketika menandatangani faktur pembelian, Dina kembali ragu dan hati kecilnya tetap menginginkan kamera DSLR seperti niat semula. Namun, apa daya, segel telah dibuka dan penjual tidak mau menanggung produk yang telah dibuka segelnya. Sepulang dari toko dengan perasaan yang ‘gelo’ alias kecewa, dicobalah kamera seharga 5 jutaan tersebut. “Kog hasilnya kurang memuaskan ya? Lebih mendingan kamera pocket yang ku punya.” Ungkap Dina. Karena penasaran, Dina pun mencoba browsing kebeberapa web yang menawarkan produk fotografi. Alangkah terkejutnya Si Dina ketika mengetahui bahwa kamera yang dibelinya seharga 5 jutaan itu ternyata harganya hanya 1,5 jutaan. Shock, kaget, marah, panik, merasa payah, merasa bodoh, begitu mudahnya dikibulin, badan lemas serasa terkulai tak berdaya. “Pengen nangis tapi gak bisa, masak gitu aja ditangisin, kehilangan yang lebih besar dan jauh teramat berharga dari ini saja sudah pernah kog.” Papar Dina sambil bersungut–sungut.

Ini adalah kisah nyata, apa adanya dan tanpa direkayasa. Sebuah fakta yang sangat menyakitkan bahwa Si Dina ini adalah si empunya blog ini, hiks :’(
=***=
Awalnya mau dijual ke lapak–lapak online, tapi kalau dipikir ulang harga jualnya juga gak seberapa besar. Mau lapor ke polisi, eh nanti malah berabe dan makin ribet urusannye. Menengok kebelakang bagaimana usahaku untuk mengumpulkan uang itu, sejak 2009 aku menabung, mencoba hemat, kadang gak makan nasi sampai 2-3 hari. Mungkin uang segitu nampak kecil bagi orang lain, tinggal minta ke orangtua, beress. Tapi sebuah kepuasan tersendiri apabila bisa beli sesuatu dengan uang sendiri, setelah kamera pocket, handphone, next DSLR. Sudahlah, ikhlasin aja, tapi kog ya gak rela, dengan uang segitu bisa beli tablet (target selanjutnya) atau melancong ke Thailand (target setelah selanjutnya) ketemu sama pujaan hati *mimpi kali yee.

Setelah browsing sana sini, ternyata banyak juga yang ketipu dengan modus penjualan kamera dimana harga beli yang teramat jauh dengan harga pada umumnya. Namun, banyak juga yang berkomentar bahwa justru korbanlah yang bersalah, lhoh kog bisa gitu ??? yaiyalah, salah lu ndiri kenapa gak nanya–nanya dulu harga dipasaran berapa. Nah lho, kalau kamu ada diposisiku yang ‘terpojokkan’, mau gimana cobaak? 

Ada kekuatan dalam hati yang membuatku harus memperjuangkan apa yang seharusnya menjadi hak-ku. Browsing lagi kesana kemari mengenai perlindungan terhadap konsumen, akhirnya nemu setitik cahaya terang. Sebuah lembaga yang bernama BPSK (Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen) menjadi harapanku untuk menyudahi kegalauanku ini. 

Teriknya siang kala itu, Kamis, 10 Mei 2012, tak menyurutkan niatku untuk pergi ke Balaikota Malang. Mencoba bertanya kepada security, gak ada yang tau, disuruh tanya ke receptionist. Mbak dan Mas receptionist malah bingung, disuruh ke bagian umum. Ibu–Ibu di bagian umum malah balik nanya–nanya, aaaaaaaak. Syukurlah, si ibu ini memberikan clue yang membantuku, “Coba tanya ke Dinas Perindustrian dan Perdagangan !”


 

Mencari alamatnya pun gak gampang, maklum saya hanya pendatang di kota ini. Udah sendirian, gak tau arah, jalannya rame, banyak truk gede, hampir aja nyerah, hingga akhirnya nyasar. Tepat saat adzan ashar berkumandang ketemu juga kantornya, ealaaah, sudah tutup sejak pukul 13.30 kata tukang parkir. Hemm, sesuatuu banget yaa. Bayangin aja, dari Sengkaling jauh–jauh sampai Kedung Kandang, hasilnya nihil *tetoot.

Esok harinya, Jum’at, 11 Mei 2012, kembali lagi ke Kantor Disperindag Malang. Setelah ‘melarikan diri’ *ooopss dari praktikum anatomi. Khawatir juga sih bakalan ditolak karena aku merasa berada dipihak yang salah, namun tulisan ini menguatkan langkahku untuk masuk ke dalam, bismillah :



Nafas terengah–engah, tangan tremor dan pucat (belum makan&minum, kabur dari perkuliahan, ngebut pula dijalan *komplit sudaah). Usai menceritakan kronologi kejadian dan menandatangani surat pengaduan, dikasih tau bahwa nantinya bakalan ada pra sidang secara kekeluargaan sebelum sidang beneran. Ya ampuun, bayangin ! anak kemarin sore bakal menghadapi persidangan. Dalam benakku udah gak enak nih, bayangin pengadilan itu kayak apa. Ya Allah, mengapa aku harus mengalami semua ini, disaat teman – temanku belajar dengan tenang untuk persiapan ujian, aku seorang diri menantikan persidangan T.T

Tak ada seorangpun yang tahu akan kasus pelik yang sedang kuhadapi ini, teman–teman dikampus, mbak–mbak kos, apalagi keluarga. Namun, akhirnya aku cerita ke teman yang mengantarkanku saat beli kamera itu, soalnya ‘Dian dan Tiara’ bakal dipanggil sebagai saksi bila pra sidang gagal mencapai titik tengah penyelesaian.

Senin, 14 Mei 2012, lagi–lagi bolos kuliah. Jam 12 siang harus memenuhi panggilan pra sidang. Ketika memasuki ruangan, kulihat si penjual kamera dengan kekasihnya, ah gak gentle nih si koko. Alhamdulillah, kayaknya ada itikad baik dari pihak pelaku usaha.  Setelah berdebat panjang x lebar = luas, akhirnya kedua belah pihak sepakat untuk mengembalikan apa yang dibawa masing–masing. Kamera saya kembalikan ke toko dan toko mengembalikan uang saya utuh 100%. Senyum pun mengembang, Alhamdulillah Ya Rabb, usaha keras saya selama ini terbayar tuntas tas tas. Eitts, gak boleh seneng dulu, soalnya penukaran barang dan uang dilakukan di toko tanpa pengawasan dari pihak BPSK, eaaa, takutnya bakalan terjadi apa–apa, gimana kalau terjadi ini itu. Namun, kekhawatiranku ini tidak terjadi, uang kembali cash dan keselamatan saya tetap utuh terjaga.

Sungguh ini merupakan kejadian luar biasa dalam hidup saya, semoga menjadi pelajaran hidup yang berharga bagi kita semua. Pesan yang ingin saya sampaikan adalah ‘be a smart buyer’, jadilah konsumen yang cerdas, telitilah sebelum membeli, jangan mudah terbujuk kata–kata manis penjual. Jangan malu tanya sama mbah gugel tentang review dan harga sebuah produk. Dan yang paling penting adalah, jika kamu merasa benar, perjuangkan hak-mu untuk memperoleh kebenaran sejati, tentunya dengan jalan yang legal, jangan main hakim sendiri.

Terimakasih buat Allah SWT telah menambahkan satu lagi pengalaman hidup yang luar biasa, life is never flat vrooh. Sebuah kisah (bukan) klasik untuk masa depan. Dan semoga kedepannya membuat saya lebih tegar. Makasih banget buat pihak BPSK Malang, terutama ibu Asfa, atas keramahan dan kebaikannya membantu menyelesaikan perkara ini. Oh ya, xie xie juga buat si koko, toko maupun nama tidak saya sebutkan dalam tulisan saya diatas, karena saya tidak mau dilaporkan balik atas tudingan mencemarkan nama baik. Jangan sampai terulang kejadian yang sama lagi, biar jualannya barokah dan rame pengunjungnya. 

Yeaah, finish juga ceritanya, panjaaaang banget sebenarnya, ini sudah disortir. Terimakasih telah menyimak ^^








4 komentar:

  1. cerita yang menguras cemas dan khawatir, apalagi kalau mengalaminya secara nyata. I hope I will not

    ReplyDelete
  2. jangan sampai ngalamin lin...dijamin stresss :'(
    sadar,kayak kesirep,hahaa,pengalaman ruar biasoo

    ReplyDelete
  3. inspiratif banget ceritanya..

    ReplyDelete
  4. salam kenal sy dari kota makassar, tertarik ngebaca Bloknya km :)

    ReplyDelete

Blog ini bukan toilet umum kog, jadi boleh banget kalau kamu ninggalin jejak disini (๑'⌣'๑)

Powered by Blogger.